Posted by : Muhammad Adityo Kamis, 18 Januari 2018
Tag :

MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
SUKU KUTAI
Nama : Muhammad Adityo
Kelas : 1PA08
NPM : 13517834

FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKO­LOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kmi miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



                                                                                                           Depok, 28 September 2017

           ­­­                                                                                                                  Muhammad Adityo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar belakang……………………………………………………………………..1
1.2   Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
1.3   Tujuan Masalah......................................................................................................1
1.4   Manfaat....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1   Definisi Kebudayaan.......................………………………………………………2
2.2   Sejarah Suku Kutai...................­..………………………………………………….3
2.3   Bahasa........................................…………………………………………………..4
2.4   Pakaian......………………………………………………………………………….5
2.5   Bentuk Bangunan......................................................................................................5
2.6   Kesenian.....................................................................................................................6
2.7   Tradisi.........................................................................................................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………..11
Saran………………………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
 1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu. Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, ini merupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui dan melihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut. Pada kesempatan kali ini, saya ingin memberitahu tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan yaitu suku Banjar. Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih lanjut.
1.2  Rumusan Masalah
- Seperti apa kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Kutai
1.3  Tujuan Masalah
- Untuk mengetahui kebudayaan kebudayaan yang dimiliki Suku Kutai
1.4  Manfaat
- Untuk menambah wawasan tentang kebudayaan Suku Kutai yang ada di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.­

2.2  Sejarah Suku Kutai
Pada awalnya Kutai bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya. Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga besar ini. Mereka yang meninggalkan kepercayaan lama akhirnya meninggalkan adatnya karena lebih menerima kepercayaan baru dan berevolusi menjadi Masyarakat Melayu Muda. Khususnya dalam Islam maupun Nasrani, hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan. Sedangkan yang tetap teguh dengan kepercayaan lama disebut dengan Dayak.
Kutai menjadi nama suku akibat dari politik kepentingan penguasa saat itu yang berambisi menyatukan Nusantara yaitu Maharaja Kertanegara penerus Singasari yang berasal dari Jawa dengan tujuan untuk menahan perluasan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Disaat itu selama kekuasaan Kertanegara sebagian masyarakat asli Borneo yang biasa disebut dengan Masyarakat Dayak akhirnya bertransformasi menjadi Masyarakat Kutai saat berdiam di wilayah Kekuasaan Kerajaan Kertanegara dan diharuskan mematuhi peraturan Penguasa. Yang menolak dan memiliki kesempatan melarikan diri akhirnya masuk ke pedalaman dan tetap menjadi Masyarakat Dayak. Versi lain menyebutkan bahwa istilah dayak juga bukan merupakan nama suku dulunya karena istilah dayak merupakan nama pemberian Belanda yang digunakan oleh para kolonial Belanda untuk menghina masyarakat.
Menurut informasi lain, Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa ( istilah Kalimantan di kitab Jawa )dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang. Dalam berita Champa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada pendapat lain, dari sudut pandang masyarakat Jawa, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa Kerajaan Kartanegara.
Menurut Legenda Kerajaan Sendawar dengan Raja Tulur Aji Jangkat bersama permaisuri Mok Manor Bulatn dan mereka memupnyai 5 orang anak : Sualas Gunaaqn (Menjadi Keturunan Dayak Tunjung), Jelivan Benaaq (Menjadi Keturunan Dayak Bahau), Nara Gunaa (Menjadi Keturunan Dayak Benuaq), dan Puncan Karnaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kutai).
Adapaun tradisi lisan di tiap keluarga masyarakat kutai yang mengatakan bahwa leluhur mereka berasal dari negeri cina, mirip dengan tradisi lisan masyarakat Dayak Kenyah. Sehingga ada anggapan bahwa Kutai ini adalah persatuan dari banyak subsuku masyarakat Dayak dalam rangka mencari identitas baru.
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa Kutai pada masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama suku (etnis) dan hubungan kekerabatan Suku Kutai dan Suku Dayak sangat kuat. Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti Kartanegara dari Majapahit yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya Suku Kutai menjadi agak berbeda dengan Suku Dayak saat ini. Oleh karena itulah Suku Kutai asli akan menyebut Suku Dayak dengan istilah Densanak Tuha yang artinya Saudara Tua karena masih satu leluhur.
2.3  Bahasa
Bahasa Kutai adalah bahasa yang hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan suku Kutai. Suku Kutai adalah suku yang mendiami alur sepanjang Sungai Mahakam. Sepertinya bahasa Kutai adalah suatu bahasa yang terbentuk dan terpengaruhi oleh bahasa-bahasa disekitarnya seperti bahasa Melayu Malaysia, Melayu Banjar, dan bahasa-bahasa Dayak di sekitarnya.

Bahasa Kutai umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk penuturan (percakapan), serta sastra dalam bentuk puisi (pantun). Sangat sedikit bukti-bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Kutai, terlebih lagi yang dihasilkan pada periode pemerintahan Sultan Kutai Kartanegara. Umumnya produk tertulis pada zaman itu berbahasa Melayu.

Berdasarkan morfologi penuturannya, ada beberapa dialek dalam bahasa Kutai yang umum dijumpai saat ini, yaitu :
  1. dialek Tenggarong (umum, sudah agak modern karena bercampur / dipengaruhi akan bahasa indonesia).
  2. dialek Kota Bangun,
  3. dialek Muara Muntai,
  4. dialek Muara Kaman,
  5. dialek Muara Ancalong.
    Dialek Muara Ancalong yang dialeknya berbeda karena penduduk mayoritas adalah dari suku dayak..

Dalam satu kecamatan bisa saja dialek bahasa kutai yang digunakan terdengar berbeda-beda. Jadi penjelasan di atas adalah hanya contoh dari banyak dialek yang ada. Dialek-dialek ini berkembang dengan diikuti perbedaan morfologi maupun peristilahan untuk setiap kosa kata.

2.4   Pakaian

Pakaian Adat Suku Kutai Kustin
pakaian adat kustin
Baju adat dengan nama Kustin ini merupakan pakaian adat kalimantan timur yang bisanya dikenakan oleh suku Kutai.Pakaian ini biasanya dikenakan oleh golongan menengah ke atas sebagai pakaian resmi dalam upacara pernikahan di masa silam.
 Nama “Kustin" ini sendiri berasal dari bahasa kutai yang berarti busana. Pakaian adat kustin kalimantan timur ini biasanya terbuat dari bagah beludru berwarna hitam. Lengan baju didesain panjang dan kerahnya tinggi dengan bagian kerah dan dadanya dihiasi dengan pasmen. Bagi para pria, pakaian adat Kustin umumnya akan dipadukan dengan celana panjang hitan yang dipasangi dengan dodot rambu bundar berhiaskan lambang Wapen.
Sedangkan bagi para wanita, pakaian adat kustin dipakai dengan tambahan berupa kelibun kuing yang terbuat dari sutera. Selain itu mereka juga akan menghias rambutnya dengan hiasan yang menyerupai aksesoris danggul adat jawa.
2.5  Bentuk Bangunan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkForLkw545v-utPHnoezFqANSleuQ8lxeBmLs49cru-DX9efc8jjR5GaBcTMTMkkflzuqp0UJTEp_QRUbxYT_i4U_D1FMyAFLK0o_Y9OCDnh7rSESbcl2e-biJ-oH7J4nPxPYuFwf/s400/tenggarong.jpg
Orang dayak asli mempunyai rumah yang besar-besar dan tinggi-tinggi, namanya dalam bahasa dayak kalimantan timur ialah lamin. Di kalimantan tengah disebut betang. Panjanglamin rata-rata antara 30 sampai 150 meter, lebarnya antara 10 sampai 30 meter dan tinggi tiangnya atara 2 sampai 3 meter dari tanah ke lantainya. Rumah panjang merupakan rumah adat suku dayak yang disebut lamin (untuk kaltim).,balai (untuk kalsel), dan betang (untuk wilayah kalteng).

Rumah panjang berukuran besar dan tinggi, dihuni oleh puluhan keluarga dengan 100-200 jiwa. Ukuran panjang antara 30-150 meter dengan lebar berkisar antara 10-30 meter. Rumah panjang tersebut berupa rumah panggung yang berdiri di atas tiang setinggi 2-3 meter. Untuk naik ke dalam rumah terdapat sebuah tangga dari kayu besi bulat atau ulin (tangga disebut saaq). Biasanya tangga ini jumlahnya sama dengan jumlah pintunya. Tangga tersebut bisa diangkat dan dimasukkan ke dalam rumah.Menurut sejarah,

keberadaan rumah Lamin berkaitan dengan tujuan dan fungsi :
  • Mencegah serangan musuh, terutama pada masa ketika budaya mengayau masih berlaku.
  • Memudahkan untuk menyerang musuh atau binatang buas yang datang darisekitar rumah.
  • Aturan/ikatan adat dan sosial untuk terus melangsungkan kebersamaan dan kegotongroyongan

2.6   Kesenian
- Seni Drama
Mamanda merupakan salah satu kesenian drama tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Kutai. Istilah mamanda berasal dari kata pamanda / paman.
Kata tersebut dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan kepada menteri. Wajir atau mangkubuminya dengan sebutan pamanda menteri, pamanda wajir, dan pamanda mangkubumi
Di masa lalu, kesenian mamanda merupakan pertunjukan yang cukup populer di tanah Kutai. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara perkawinan, khitanan, dan sebagainya.
Saat ini, mamanda sudah jarang dipentaskan secara terbuka. Namun, pertunjukan ini masih bisa ditonton pada festival Erau di Kota Tenggarong.
Seni Drama Mamanda


- Seni Kriya (Kerajinan Tangan)
Berbagai macam kerajinan khas Kutai
Perisai atau Kelembit merupakan alat penangkis dalam peperangan melawan musuh. Perisai terbuat dari kayu yang ringan, tetapi tidak mudah pecah. Bagian depan perisai dihiasi dengan ukiran, tetapi sekarang ini kebanyakan dihiasi dengan lukisan yang menggunakan warna hitam putih atau merah putih.
Kain dari serat daun doyo ini merupakan hasil kerajinan yang hanya dibuat oleh wanita-wanita Suku Dayak Benuaq yang tinggal di Tanjung Isuy.
Tanaman doyo ini menyerupai pandan tumbuh dengan subur di tanah isuy. Serat daunnya kuat dan dapat dijadikan benanguntuk ditenun. Tenunan doyo ini kemudian sering diolah menjadi pakaian, kopiah atau hiasan dinding.
Anjat adalah kerjinan yang berbentuk seperti tas yang terbuat dari anyaman rotan dan memiliki dua atau tiga sangkutan. Anjat biasanya digunakan untuk menaruh barang-barang bawaan ketika bepergian.
Bening aban adalah alat untuk memanggul anak yang hanya terdapat pada suku dayak kenyah. Alat ini terbuat dari kayu yang biasanya dihiasi dengan ukiran atau dilapisi dengan sulaman manik-manik serta uang logam.

- Seni Musik
Seni Musik Tingkilan
Seni musik Kutai banyak dipengaruhi oleh kebudayaan melayu dan islam. Salah satu seni musik Kutai yang terkenal adalah musik tingkilan. Alat musik yang digunakan adalah gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola.
Musik tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan.

- Seni Tari
Seni tari Suku Kutai dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni Seni Tari Rakyat dan Seni Tari Klasik. Seni Tari Rakyat merupakan kreasi artistik yang timbul ditengah-tengah masyarakat umum. Gerakan tarian rakyat ini menggabungkan unsur-unsur tarian yang ada pada tarian suku yang mendiami daerah pantai, contohnya Tari Jepen yang diiringi oleh tingkilan.
Seni Tari Klasik merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau. Contoh tari klasik, seperti  Tari Persembahan (wanita istana), Tari Ganjur (pria istana), Tari Kanjar, Tari Topeng Kutai, dan Tari Dewa Memanah
Festival Tari Jepen 

 Upacara Erau
Upacara Erau merupakan salah satu tradisi yang terkenal dari Kutai. Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Terdapat tiga pelaksanaan ERAU adat di lingkup Kesultanan Kutai Kartanegara, yakni Erau Tepong Tawar, Erau Pelas Tahun, dan Erau Beredar di Kutai.
Upacara Erau 



2.7  Tradisi
Upacara Bepacar
Pacar terbuat dari bahan daun pacar yang ditumbuk dan dibentuk bulat seperti kelereng. Kemudian dengan suatu upacara, pacar diletakan pada ujung jari telunjuk dan jari manis masing-masing mempelai. Setelah 6 ja, pacar dilepas akan meninggalkan bekas warna merah.
Dalam upacara ini, pacar dari mempelai pria dan wanita di tempatkan dalam wadah tradisional. Kemudian dipertukarkan dan diarak ke tempat mempelai masing-masing yang diramaikan dengan barisan rebana/ hadrah.
Upacara Mendi-mendi
Dalam upacara ini mempelai dimandikan atau disiram dengan air bunga dan mayang. Bagi mempelai wanita dilaksanakan oleh para wanita sesepuh keluarga. Untuk pria dilaksanakan oleh para pria sesepuh keluarga.
Ilustrasi Upacara Mendi-Mendi 
Upacara Bealis
Setelah melakukan upacara mendi-mendi, mempelai berpakaian menurut adat tradisional dan didudukan di atas tilam kesturi “penduduk”.
Acara berikutnya adalah mengalis mempelai wanita yang dilaksanakan secara bergilir oleh para wanita sesepuh keluarga. Sebaliknya, untuk mempelai pria dilakukan oleh para pria sesepuh keluarga.
Kening mempelai dialis sebagai syarat atau formalitas saja, kemudian disuapi gula merah dan kelapa serta diberi minum air. Setelah ditepung tawari, maka mempelai dihamburi beras kuning.
Upacara Naik pengantin
Upacara ini merupakan puncak acara adat perkawinan Kutai yang terdiri dari mengarak pengantin pria oleh para penggapit, pembawa sumahan, serta diramaikan oleh barisan hadrah ke tempat pengantin wanita.
Setelah itu, sampai ketempat pengantin wanita mengucapakan “shalawat nabi” dihamburi beras kuning. Kemudian “lawa cinde” dan “lawa bokor” merupakan ujian dan persyaratan yang harus dilewati oleh pengantin pria untuk sampai ke pelaminan di mana pengantin wanita telah menunggu kedatangannya
Upacara Geta
Dalam upacara ini kedua mempelai duduk bersila, berhadap-hadapan saling menukar kembang genggam, saling menyuapi lempit sirih, kemudian dikurung dalam kain dijahit kainnya, besaong lilin dan beradu berdiri.
Setelah kedua pengantin bersanding kemudian diadakan upacara menghitung uang sumahan antara tetuha kedua mempelai. Kemudian dimeriahkan dengan pembacaan tersul, yaitu berupa syair pujian untuk kedua mempelai.
Upacara Naik Mentuha
Dalam upcara ini, kedua mempelai diantar ketempat orangtua dan dilanjutkan dengan upacara mencuci kaki di atas cobek batu tebal, memotong daun nipah di gagang tembok pusaka dan menarik ketika lepas.



BAB III
Penutupan
A. KESIMPULAN
Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama kerajaan ini
disesuaikan dengan nama tempat penemuan  prasasti, yaitu didaerah Kutai.
Kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh Hindu adalah
beberapa penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan
pwersembahan rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.
Kehidupan social dan budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai kebudayaan yang ada.
Kehidupan ekonomi masyarakat kutai sangat makmur, dengan bukti bahwa Kerajaan Kutai berada
pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik
untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan
hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Masa keruntuhan Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia  tewas ditangan Raja Kutai
Kartanegara.  Raja Dhamarmasetia adalah anak dari Raja Mulawarman, cucu dari Raja
Asmawarman, buyut dari Raja Kudungga. Dan Raja Dharma Setia adalah Raja terakhir diKerajaan
Kutai .


Daftar Pustaka
- http://myblogberbagikaryatangan.blogspot.co.id/2015/02/contoh-makalah-tentang-kerajaan-kutai.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya
- https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kutai#Kerajaan_Tanah_Kutai
- http://bobo.grid.id/Sejarah-Dan-Budaya/Budaya/Uniknya-Upacara-Pernikahan-Suku-Kutai?page=all
- http://bobo.grid.id/Sejarah-Dan-Budaya/Budaya/Mengenal-Suku-Kutai-Di-Kalimantan-Timur
- https://bukubiruku.com/pakaian-adat-kalimantan-timur/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Muhammad Adityo. Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll


widgeo.net

- Copyright © 2013 Mahasiswa Konyol -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -