Posted by : Muhammad Adityo
Kamis, 18 Januari 2018
Tag :// Tugas
MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
SUKU KUTAI
Nama : Muhammad Adityo
Kelas : 1PA08
NPM : 13517834
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kmi miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Depok, 28 September 2017
Muhammad Adityo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang……………………………………………………………………..1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
1.3
Tujuan Masalah......................................................................................................1
1.4
Manfaat....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi Kebudayaan.......................………………………………………………2
2.2
Sejarah Suku Kutai.....................………………………………………………….3
2.3
Bahasa........................................…………………………………………………..4
2.4
Pakaian......………………………………………………………………………….5
2.5
Bentuk Bangunan......................................................................................................5
2.6
Kesenian.....................................................................................................................6
2.7
Tradisi.........................................................................................................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………..11
Saran………………………………………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah
Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan
bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragam tersebut tentu dapat terjadi karena
perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di
Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun
sejak dahulu. Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan
keberadaannya, ini merupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka
juga bisa mengetahui dan melihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari
kebudayaan tersebut. Pada kesempatan kali
ini, saya ingin memberitahu tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya
kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan yaitu suku
Banjar. Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik
untuk membahasnya lebih lanjut.
1.2
Rumusan Masalah
- Seperti apa kebudayaan yang dimiliki oleh
Suku Kutai
1.3
Tujuan Masalah
- Untuk mengetahui kebudayaan kebudayaan yang
dimiliki Suku Kutai
1.4
Manfaat
- Untuk menambah wawasan tentang kebudayaan
Suku Kutai yang ada di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai
budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan
alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat
memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku
yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2.2
Sejarah Suku Kutai
Pada awalnya Kutai bukanlah nama suku, akan tetapi
nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh
peneliti Belanda. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah
Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan -
Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan
lainnya. Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang
pemisah antara keluarga besar ini. Mereka yang meninggalkan kepercayaan lama
akhirnya meninggalkan adatnya karena lebih menerima kepercayaan baru dan
berevolusi menjadi Masyarakat Melayu Muda. Khususnya dalam Islam maupun
Nasrani, hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan.
Sedangkan yang tetap teguh dengan kepercayaan lama disebut dengan Dayak.
Kutai menjadi nama suku akibat dari politik
kepentingan penguasa saat itu yang berambisi menyatukan Nusantara yaitu
Maharaja Kertanegara penerus Singasari yang berasal dari Jawa dengan tujuan
untuk menahan perluasan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Disaat itu
selama kekuasaan Kertanegara sebagian masyarakat asli Borneo yang biasa disebut
dengan Masyarakat Dayak akhirnya bertransformasi menjadi Masyarakat Kutai saat
berdiam di wilayah Kekuasaan Kerajaan Kertanegara dan diharuskan mematuhi
peraturan Penguasa. Yang menolak dan memiliki kesempatan melarikan diri
akhirnya masuk ke pedalaman dan tetap menjadi Masyarakat Dayak. Versi lain
menyebutkan bahwa istilah dayak juga bukan merupakan nama suku dulunya karena
istilah dayak merupakan nama pemberian Belanda yang digunakan oleh para
kolonial Belanda untuk menghina masyarakat.
Menurut informasi lain, Nama Kutai berawal dari
nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini
awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi
yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya
bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa ( istilah Kalimantan
di kitab Jawa )dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan
Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara
Kaman sekarang. Dalam berita Champa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota
Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada pendapat lain, dari sudut pandang
masyarakat Jawa, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat
menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah
Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa Kerajaan Kartanegara.
Menurut Legenda Kerajaan Sendawar dengan Raja Tulur
Aji Jangkat bersama permaisuri Mok Manor Bulatn dan mereka memupnyai 5 orang
anak : Sualas Gunaaqn (Menjadi Keturunan Dayak Tunjung), Jelivan Benaaq
(Menjadi Keturunan Dayak Bahau), Nara Gunaa (Menjadi Keturunan Dayak Benuaq),
dan Puncan Karnaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kutai).
Adapaun tradisi lisan di tiap keluarga masyarakat
kutai yang mengatakan bahwa leluhur mereka berasal dari negeri cina, mirip
dengan tradisi lisan masyarakat Dayak Kenyah. Sehingga ada anggapan bahwa Kutai
ini adalah persatuan dari banyak subsuku masyarakat Dayak dalam rangka mencari
identitas baru.
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa Kutai pada
masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama
suku (etnis) dan hubungan kekerabatan Suku Kutai dan Suku Dayak sangat kuat.
Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama
Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti
Kartanegara dari Majapahit yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai
Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya Suku Kutai menjadi agak
berbeda dengan Suku Dayak saat ini. Oleh karena itulah Suku Kutai asli akan
menyebut Suku Dayak dengan istilah Densanak Tuha yang artinya Saudara
Tua karena masih satu leluhur.
2.3 Bahasa
Bahasa Kutai adalah bahasa yang hidup dan berkembang sejalan
dengan perkembangan suku Kutai. Suku Kutai adalah suku yang mendiami alur
sepanjang Sungai Mahakam. Sepertinya bahasa Kutai adalah suatu bahasa yang
terbentuk dan terpengaruhi oleh bahasa-bahasa disekitarnya seperti bahasa
Melayu Malaysia, Melayu Banjar, dan bahasa-bahasa Dayak di sekitarnya.
Bahasa Kutai umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk penuturan (percakapan), serta sastra dalam bentuk puisi (pantun). Sangat sedikit bukti-bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Kutai, terlebih lagi yang dihasilkan pada periode pemerintahan Sultan Kutai Kartanegara. Umumnya produk tertulis pada zaman itu berbahasa Melayu.
Berdasarkan morfologi penuturannya, ada beberapa dialek dalam bahasa Kutai yang umum dijumpai saat ini, yaitu :
Bahasa Kutai umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk penuturan (percakapan), serta sastra dalam bentuk puisi (pantun). Sangat sedikit bukti-bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Kutai, terlebih lagi yang dihasilkan pada periode pemerintahan Sultan Kutai Kartanegara. Umumnya produk tertulis pada zaman itu berbahasa Melayu.
Berdasarkan morfologi penuturannya, ada beberapa dialek dalam bahasa Kutai yang umum dijumpai saat ini, yaitu :
- dialek Tenggarong (umum, sudah agak modern karena bercampur / dipengaruhi akan bahasa indonesia).
- dialek Kota Bangun,
- dialek Muara Muntai,
- dialek Muara Kaman,
- dialek
Muara Ancalong.
Dialek Muara Ancalong yang dialeknya berbeda karena penduduk mayoritas adalah dari suku dayak..
Dalam satu kecamatan bisa saja dialek bahasa kutai yang digunakan terdengar berbeda-beda. Jadi penjelasan di atas adalah hanya contoh dari banyak dialek yang ada. Dialek-dialek ini berkembang dengan diikuti perbedaan morfologi maupun peristilahan untuk setiap kosa kata.
2.4 Pakaian
Pakaian
Adat Suku Kutai Kustin
Baju adat
dengan nama Kustin ini merupakan pakaian adat kalimantan timur yang bisanya
dikenakan oleh suku Kutai.Pakaian ini biasanya dikenakan oleh golongan menengah
ke atas sebagai pakaian resmi dalam upacara pernikahan di masa silam.
Nama “Kustin" ini sendiri berasal dari
bahasa kutai yang berarti busana. Pakaian adat kustin kalimantan timur ini
biasanya terbuat dari bagah beludru berwarna hitam. Lengan baju didesain
panjang dan kerahnya tinggi dengan bagian kerah dan dadanya dihiasi dengan
pasmen. Bagi para pria, pakaian adat Kustin umumnya akan dipadukan dengan
celana panjang hitan yang dipasangi dengan dodot rambu bundar berhiaskan
lambang Wapen.
Sedangkan
bagi para wanita, pakaian adat kustin dipakai dengan tambahan berupa kelibun
kuing yang terbuat dari sutera. Selain itu mereka juga akan menghias rambutnya
dengan hiasan yang menyerupai aksesoris danggul adat jawa.
2.5 Bentuk
Bangunan
Orang dayak asli mempunyai rumah yang besar-besar dan tinggi-tinggi,
namanya dalam bahasa dayak kalimantan timur ialah lamin. Di kalimantan tengah
disebut betang. Panjanglamin rata-rata antara 30 sampai 150 meter, lebarnya
antara 10 sampai 30 meter dan tinggi tiangnya atara 2 sampai 3 meter dari tanah
ke lantainya. Rumah panjang merupakan rumah adat suku dayak yang disebut lamin
(untuk kaltim).,balai (untuk kalsel), dan betang (untuk wilayah kalteng).
Rumah panjang berukuran besar dan tinggi, dihuni oleh puluhan keluarga
dengan 100-200 jiwa. Ukuran panjang antara 30-150 meter dengan lebar berkisar
antara 10-30 meter. Rumah panjang tersebut berupa rumah panggung yang berdiri
di atas tiang setinggi 2-3 meter. Untuk naik ke dalam rumah terdapat sebuah
tangga dari kayu besi bulat atau ulin (tangga disebut saaq). Biasanya tangga
ini jumlahnya sama dengan jumlah pintunya. Tangga tersebut bisa diangkat dan
dimasukkan ke dalam rumah.Menurut sejarah,
keberadaan rumah Lamin berkaitan dengan tujuan dan fungsi :
- Mencegah serangan musuh, terutama pada masa ketika budaya mengayau masih berlaku.
- Memudahkan untuk menyerang musuh atau binatang buas yang datang darisekitar rumah.
- Aturan/ikatan adat dan sosial untuk terus melangsungkan kebersamaan dan kegotongroyongan
2.6 Kesenian
- Seni Drama
Mamanda merupakan salah satu kesenian drama tradisional yang tumbuh dan
berkembang di tengah masyarakat Kutai. Istilah mamanda berasal dari kata
pamanda / paman.
Kata tersebut dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan
kepada menteri. Wajir atau mangkubuminya dengan sebutan pamanda menteri,
pamanda wajir, dan pamanda mangkubumi
Di masa lalu, kesenian mamanda merupakan pertunjukan yang cukup populer di
tanah Kutai. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional,
pada acara perkawinan, khitanan, dan sebagainya.
Saat ini, mamanda sudah jarang dipentaskan secara terbuka. Namun,
pertunjukan ini masih bisa ditonton pada festival Erau di Kota Tenggarong.
- Seni Kriya (Kerajinan Tangan)
Perisai atau Kelembit merupakan alat penangkis dalam peperangan melawan
musuh. Perisai terbuat dari kayu yang ringan, tetapi tidak mudah pecah. Bagian
depan perisai dihiasi dengan ukiran, tetapi sekarang ini kebanyakan dihiasi
dengan lukisan yang menggunakan warna hitam putih atau merah putih.
Kain dari serat daun doyo ini merupakan hasil kerajinan yang hanya dibuat
oleh wanita-wanita Suku Dayak Benuaq yang tinggal di Tanjung Isuy.
Tanaman doyo ini menyerupai pandan tumbuh dengan subur di tanah isuy. Serat
daunnya kuat dan dapat dijadikan benanguntuk ditenun. Tenunan doyo ini kemudian
sering diolah menjadi pakaian, kopiah atau hiasan dinding.
Anjat adalah kerjinan yang berbentuk seperti tas yang terbuat dari anyaman
rotan dan memiliki dua atau tiga sangkutan. Anjat biasanya digunakan untuk
menaruh barang-barang bawaan ketika bepergian.
Bening aban adalah alat untuk memanggul anak yang hanya terdapat pada suku
dayak kenyah. Alat ini terbuat dari kayu yang biasanya dihiasi dengan ukiran
atau dilapisi dengan sulaman manik-manik serta uang logam.
- Seni Musik
Seni musik Kutai banyak dipengaruhi oleh kebudayaan melayu dan islam. Salah
satu seni musik Kutai yang terkenal adalah musik tingkilan. Alat musik yang digunakan
adalah gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil),
kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola.
Musik tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan.
Betingkilan berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan.
- Seni Tari
Seni tari Suku Kutai dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni Seni Tari Rakyat
dan Seni Tari Klasik. Seni Tari Rakyat merupakan kreasi artistik yang timbul
ditengah-tengah masyarakat umum. Gerakan tarian rakyat ini menggabungkan
unsur-unsur tarian yang ada pada tarian suku yang mendiami daerah pantai,
contohnya Tari Jepen yang diiringi oleh tingkilan.
Seni Tari Klasik merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan
Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau. Contoh tari klasik, seperti
Tari Persembahan (wanita istana), Tari Ganjur (pria istana), Tari Kanjar,
Tari Topeng Kutai, dan Tari Dewa Memanah
Upacara Erau
Upacara Erau merupakan salah satu tradisi yang terkenal dari Kutai. Erau
berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang
berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara
adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti
oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Terdapat
tiga pelaksanaan ERAU adat di lingkup Kesultanan Kutai Kartanegara, yakni Erau
Tepong Tawar, Erau Pelas Tahun, dan Erau Beredar di Kutai.
2.7 Tradisi
Upacara Bepacar
Pacar terbuat dari bahan daun pacar yang ditumbuk dan dibentuk bulat
seperti kelereng. Kemudian dengan suatu upacara, pacar diletakan pada ujung
jari telunjuk dan jari manis masing-masing mempelai. Setelah 6 ja, pacar
dilepas akan meninggalkan bekas warna merah.
Dalam upacara ini, pacar dari mempelai pria dan wanita di tempatkan dalam
wadah tradisional. Kemudian dipertukarkan dan diarak ke tempat mempelai
masing-masing yang diramaikan dengan barisan rebana/ hadrah.
Upacara Mendi-mendi
Dalam upacara ini mempelai dimandikan atau disiram dengan air bunga dan
mayang. Bagi mempelai wanita dilaksanakan oleh para wanita sesepuh keluarga.
Untuk pria dilaksanakan oleh para pria sesepuh keluarga.
Upacara Bealis
Setelah melakukan upacara mendi-mendi, mempelai berpakaian menurut adat
tradisional dan didudukan di atas tilam kesturi “penduduk”.
Acara berikutnya adalah mengalis mempelai wanita yang dilaksanakan secara
bergilir oleh para wanita sesepuh keluarga. Sebaliknya, untuk mempelai pria
dilakukan oleh para pria sesepuh keluarga.
Kening mempelai dialis sebagai syarat atau formalitas saja, kemudian
disuapi gula merah dan kelapa serta diberi minum air. Setelah ditepung tawari,
maka mempelai dihamburi beras kuning.
Upacara Naik pengantin
Upacara ini merupakan puncak acara adat perkawinan
Kutai yang terdiri dari mengarak pengantin pria oleh para penggapit, pembawa
sumahan, serta diramaikan oleh barisan hadrah ke tempat pengantin wanita.
Setelah itu, sampai ketempat pengantin wanita
mengucapakan “shalawat nabi” dihamburi beras kuning. Kemudian “lawa cinde” dan
“lawa bokor” merupakan ujian dan persyaratan yang harus dilewati oleh pengantin
pria untuk sampai ke pelaminan di mana pengantin wanita telah menunggu
kedatangannya
Upacara Geta
Dalam upacara ini kedua mempelai duduk bersila,
berhadap-hadapan saling menukar kembang genggam, saling menyuapi lempit sirih,
kemudian dikurung dalam kain dijahit kainnya, besaong lilin dan beradu berdiri.
Setelah kedua pengantin bersanding kemudian
diadakan upacara menghitung uang sumahan antara tetuha kedua mempelai. Kemudian
dimeriahkan dengan pembacaan tersul, yaitu berupa syair pujian untuk kedua
mempelai.
Upacara Naik Mentuha
Dalam upcara ini, kedua mempelai diantar ketempat
orangtua dan dilanjutkan dengan upacara mencuci kaki di atas cobek batu tebal,
memotong daun nipah di gagang tembok pusaka dan menarik ketika lepas.
BAB III
Penutupan
A. KESIMPULAN
Kerajaan Kutai berada di
kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama kerajaan ini
disesuaikan dengan nama
tempat penemuan prasasti, yaitu didaerah Kutai.
Kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh
Hindu adalah
beberapa penemuan berupa
batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut Yupa. Yupa ini
berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan
pwersembahan rakyat kepada
para Dewa yang dipujanya.
Kehidupan social dan
budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai kebudayaan yang ada.
Kehidupan ekonomi masyarakat
kutai sangat makmur, dengan bukti bahwa Kerajaan Kutai berada
pada jalur perdagangan
antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik
untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada
prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan
hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Masa keruntuhan Kerajaan
Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia tewas ditangan Raja Kutai
Kartanegara. Raja
Dhamarmasetia adalah anak dari Raja Mulawarman, cucu dari Raja
Asmawarman, buyut dari Raja
Kudungga. Dan Raja Dharma Setia adalah Raja terakhir diKerajaan
Kutai .
Daftar
Pustaka
- http://myblogberbagikaryatangan.blogspot.co.id/2015/02/contoh-makalah-tentang-kerajaan-kutai.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya
- https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kutai#Kerajaan_Tanah_Kutai
- http://bobo.grid.id/Sejarah-Dan-Budaya/Budaya/Uniknya-Upacara-Pernikahan-Suku-Kutai?page=all
- http://bobo.grid.id/Sejarah-Dan-Budaya/Budaya/Mengenal-Suku-Kutai-Di-Kalimantan-Timur
- https://bukubiruku.com/pakaian-adat-kalimantan-timur/